Jumat, 21 Maret 2008

KATANYA

Puisi itu ada emosinya. Selalu ada yang berjalan dalam puisi kita dan sampai ke pembaca. Apa jiwa dan emosi dari puisiku ya? Aku ingin tahu, karena aku ingin tahu maka kutanyakan pada seorang kawan yang sering membaca puisiku. Tapi aku terkejut mendengar jawabannya...
Katanya, ketika membaca puisiku ada kesedihan yang dia rasakan. Yang dia tangkap hanya kering dan sepi. Padahal aku sudah berusaha untukmembuat puisi yang berjiwa lain, tapi kenapa sampai sekarang aku masih menulis dengan alur yang sama ya?

Sepi, kering, gersang, kelam, penuh dengan kesedihan.

Aiiiih... kenapa aku menulis dengan bahasa seperti itu ya?
Dari dulu sampai sekarang, selalu dengan nada yang sama, dengan kepedihan, dengan kesedihan. Apa isi hatiku cuma sedih ya?

Ahhh... sudahlah... kalau memang tulisanku seperti itu, aku harus berjalan sedikit ke depan dan menulis yang lain. Tak boleh tentang kesedihan lagi.
Tapi, apa salahnya dengan kesedihan sih? Tak ada salahnya kan kalau aku jadi spesialis sepi, spealis sedih...
hahaha...

Tidak ada komentar: