Rabu, 27 Februari 2008

MANA METAFORANYA???

Sebuah tulisanku di www.kemudian.com bertajuk mama baru saja dirilis dan salah satu kawan yang selalu setia memberi pendapat tentang tulisanku, menanyakan satu hal, "Mana metaforanya?, mana umi yang selembut sutranya?"
Duuuuh... biar kubuat klarifikasi...
Aku merasa kehilangan metaforaku, aku merasa kehilangan sukmaku, aku merasa nggak punya rangkaian kata-kata lagi.

Tolong dooong!!!

Fira... tunggu metaforaku kembali lagi ya, hiiiikkkss...

SURAT UNTUK ALLAH

Ini juga sudah pernah kau baca kan???

Surat Untuk Allah

Assalamu alaikum Allah,
Aku pernah meminta sebuah istana pada-Mu. Tapi belum Kau beri padaku, aku mengerti... mungkin belum waktuku. Kali ini aku meminta sekali lagi padaMu. Kalau tak bisa sebuah Istana, aku meminta sebuah rumah saja.
Kukirimkan sebuah sketsa rumah yang kini aku inginkan... Aku tak perlu rumah besar, yang kuinginkan hanya rumah yang dapat kutempati tinggal bersama seorang ikhwanMu, Ikhwan yang kini ada dihatiku (Semoga akupun ada dihatinya).
Allah, Aku ingin Kau buatkan aku rumah beratap kepercayaan, bertiang ketabahan, beralas keikhlasan, berdinding kehangatan.
Bisakah Kau meminta para MalaikatMu untuk mengecatnya dengan warna putih, seputih cinta kasihmu padaku dan dia. Bisakah Kau minta bidadaraMu membuatkanku sebuah pekarangan yang seluas karuniaMu, dan bidadariMu menghiasi pekarangan itu dengan bunga-bunga kasih sayangMu. Lalu bisakah kau berikan aku sebuah kendaraan kecil untuk membawa kami ke SurgaMu.
Seandainya tak dapat Kau berikan aku rumah itu... tolonglah buatkan sebuah gubuk kecil untuk tempat tinggal kami. Tolong hiasi dengan kasih sayang dan cinta dariMu yang tak bertepi.
Bisakah?
Tolong beri jawaban padaku Allah... dan terima kasih atas segala cinta kasih dan sayangMu.

ANDAI KAU TAHU

Ini untukmu, yang kurindu dalam do'a untuk memimpin hidupku kedepan nantinya. Udah pernah terima ini ya... nggak papa ya kutulis lagi dalam blog ini, tapi tetap untukmu kok.


Andai kau tahu...

Hati ini gundah bila tak bertemu (itu katamu), kataku... Hati ini bergemuruh tika membayangkan pertemuan denganmu, sekedar membayangkanmu aku merasa takut akan kehilanganmu, bagaimana bila bertemu??? Mungkin aku tak ingin lepas darimu

Hatimu merindukanku (itupun katamu), kau tahu... hati ini tak pernah lepas dari rasa yang selalu ingin bersamamu, tiap kali mata ini terpejam, kuingin saat terbuka kau ada dihadapku, memberi satu senyum kecil untukku, untuk menghantarku menghadapi hariku.

Kau minta pada-Nya, agar menyatukan kita suatu saat nanti, agar kita selalu didekatkan olehNya meski jarak memisahkan kita, meski lautan terbentang luas diantara kita, dan kau minta agar dalam hatimu selalu ada aku. Kau tahu yang kupinta?
Aku minta agar kita tak sekedar dipertemukan, tak sekedar didekatkan, tak sekedar dipersatukan, tapi tak akan pernah dipisahkan, aku minta agar aku tak dibuang dari hatimu, dan kau tidak pergi dari hatiku. Aku minta agar aku ada dalam hatimu selamanya, dan kau akan berada dalam hatiku selamanya...

Andai kau tahu...
Hatiku pun merindumu, hati ini pun ingin bersamamu, jiwa ini ingin selalu didekatmu,
Tapi aku dan kamu harus bersabar...
Mungkin Allah belum mempertemukan kita, karena Dia... bersama malaikat-malaikatNya, sedang merancang sesuatu yang indah untuk mempertemukan kita. Sesuatu yang tak akan pernah lepas dari ingatanmu dan ingatanku, sesuatu yang akan menyatukan hati kita lebih dari saat ini, sesuatu yang tidak sekedar pertemuan sepasang kekasih, tetapi pertemuan dua hati, untuk selamanya.

Apa kau tahu...?
Aku memimpikanmu menjadi Imamku, kau masuk dalam do'aku, kau hadir dalam tiap harapku, kau ada dalam tiap tarikan nafasku.

Sabtu, 23 Februari 2008

AKU LELAH

Aduuuuh... cape, ngantuk. Nggak tidur semaleman karena ada insiden kecil dengan dia.
Hoaaahm... pengen tidur tapi lagi ditempat kerja nih.

Maaf... aku lelah bertengkar denganmu
Meski mungkin untukmu kita tak pernah bertengkar
Maaf... aku sedang tak ingin marah
Jadi please jangan paksa aku untuk marah
Maaf... iya aku salah
Tapi aku lelah kalau harus memasang tampang cemberut di hadapanmu padahal hatiku merindumu

Aku lelah... tolong hentikan perselisihan ini, Please

Jumat, 22 Februari 2008

PINJAMKAN AKU

Duh Allah yang telah mengalirkan sukma dalam jasadku
Yang telah meminjamkan raga untuk nafasku
Yang telah memberiku kehidupan yang hingga kini masih berpadu dengan jantungku

Kupinta satu padamu... sebuah pinta untuk memenuhi hasratku
Sesungguhnya aku malu meminta ini padaMu,
Tapi aku hanya manusia yang kau cipta bersama naluri dan rasa ingin,
Dan aku ingin dia, yang telah Kau masukkan namanya dalam hatiku, mengisi lembar demi lembar kehidupanku tersenyum
Sebuah perjalanan telah kami lalui dan aku ingin memberinya sebentuk tanda kasih

Mungkin harusnya tak perlu, karena kinipun kasihMu ada berpadu dalam hatiku dan dia,
Tapi tolong... pinjamkan aku nafas lebih panjang untuk bersamanya
Pinjamkan aku tangan agar aku bisa berkarya untuknya
Pinjamkan aku deguban jantung agar terus dapat kulalui hidup dibawah lindunganMu bersamanya
Pinjamkan aku cinta yang tulus, agar kutak melupakanMU karena mencintai dia

CAHAYA RINDU UNTUK AKHYKU

Untukmu ya akhy...
Dalam peraduan malam aku melukis wajahmu
Dalam peraduan kasih aku mengukir senyummu
Entah bagaimana Allah memasukkan namamu dalam hatiku
Aku tahu... Dia maha segalanya hingga dapat melakukan apapun yang dikehendakiNya
Dia bahkan terlalu berkuasa untuk kutentang,
dan karena aku tak punya kuasa untuk itu, maka kubiarkan Allah menyusupkan namamu ke dalam hatiku

Lalu kini setelah sekian waktu ku namamu berpijak dihatiku, aku tak lagi ingin membuangmu jauh
Sebait namamu kini jadi segudang rindu yang menyelusup ke jantungku, bermain di fatamorgana mimpiku, berjalan di awang-awang ragaku, memenuhi seluruh hasrat dalam jiwaku, mengisi tiap ruang kosong dalam diriku, hingga kadang tak mengijinkanku untuk bernafas bila namamu belum kusebut

Ya akhyku...
Sebuah cahaya bermain diremang mataku tika malam gelap gulita menghampiriku
Sebuah nafas memburu cepat masuk dalam ragaku memintaku untuk membuang semua isi dan hanya menempatkan nafas itu saja yang didalamnya
Ya akhyku...
Cahaya itu menggamitku dalam belenggu malam dan tak mengijinkanku berpindah,
Dan cahaya itu tak ingin kubuang dari malam, karena bersama cahaya itu, ada rindu teramat yang selalu kusiapkan untukmu
Dalam cahaya itu ada jiwa yang selalu merindumu, dalam cahaya itu ada aku menunggumu


PINJAMKAN TANGANMU PADAKU, DAN SEJUKKAN FIKIRANKU

Dia ingin aku membuat sebuah novel tentang kami, tentangku dan dia. Aku ingin, bahkan sebenarnya sudah pernah mempersiapkannya, tapi aku nggak tahu bagaimana harus memulainya.
Aku ingin memulai dari pertemuan kami, tapi aku bingung harus menggunakan kata-kata seperti apa untuk memulainya. Pertemuan itu sangat sederhana, sangat natural, terjadi begitu saja dan akhirnya menjadi sangat membekas dalam hatiku. Lalu berakar dan menjadi bagian dalam hidupku. Entah bagaimana harus memulainya, harus menggunakan kalimat seperti apa agar rangkaian kalimat yang ada dihatiku saat itu dan kini bisa tertuang sejelas mungkin, dan membuatnya tersenyum, sama seperti aku tersenyum ketika mendengar pintanya
"Umi bikin novel tentang kita ya..."
Aku ingin mencipta sebuah novel yang bisa menjadi symbol pertemuan dan kebersamaan kami, agar suatu waktu nanti, ketika kami telah berumur, ketika telah ada buah hati yang mengisi hari-hari kami, kami masih memiliki sebuah catatan untuk mengenang pertemuan kami, mengenang kebersamaan kami, perdebatan-perdebatan kecil, besar, kecemburuan yang selalu sering da
tang, keraguan sesaat, mimpi-mimpi indah, harapan-harapan, dan semua hal yang telah kami lalui bersama.

Allah...
Tolong pinjamkan tanganMu padaku, aku ingin menulis sesuatu untuknya, yang bisa kami kenang suatu waktu nanti, agar kebersamaan ini tak hanya kami yang rasakan
Allah, tolong segarkan fikiranku, aku ingin membuatu sebuah karya cinta untuknya, agar dia tahu betapa hati ini tak pernah lepas memikirkan dia.
Allah, tolong maafkan, karena sekali lagi... kuduakan namaMu dengan namanya, dihatiku
Tolong jangan hukum aku karena itu

Jumat, 15 Februari 2008

KEHILANGAN

Dalam semburat malam aku meramu wajahmu
Dalam desau angin aku melukis nafasmu
Dalam rindangnya pepohonan kutuliskan takutku

Aku berlalu bersama maya dan melihatmu berbaris di barisan paling belakang
Berlari bersama mengejar sesuatu yang... entah apa harus kusebut ia
Tetes embun berbaris dipipiku, aku tahu itu... rintik tangis telah menodai wajahku

Aku kehilanganmu,
Tanpa kusadari... tanpa jejak... tanpa kias kata... aku takut
Gemericik hujan menggangguku, kini menderas dan akhirnya membanjir di peraduanku
Aku tak ingin lari mengejarmu, karena itu kan menjatuhkan harga diriku.
Tapi hatiku berbisik kecil, dan kaki ini menyongsong langkahmu,
menarikmu masuk dalam mimpiku
Tolong... jangan pergi, karena aku tak sanggup kau tinggal jauh
apalagi kau kata tak mau kembali...

JANGAN

Minggu, 10 Februari 2008

MATAHARI

Hari ini entah matahariku pergi kemana
Apa dia sedang berjalan-jalan dan lupa jalan pulang?
Cakrawalan ini memang terlalu luas, dia bahkan bisa tersesat diantara kumpulan awan yang biasa dia tempati untuk mencurahkan sinarnya
Dia pernah meminta agar diijinkan pergi ke malam
Menggantikan posisi bulan, atau berdampingan dengan sang pujaan hati
Sang Rembulan Putih diatas sana, yang selama ini hanya bercanda dengan bintang

Mungkin matahariku sedang mencari cara agar dapat kesana
Tapi akhirnya lupa jalan pulang, dan tertinggal diantara badai dan angin gersang

Matahari... pulanglah...
Kasihan alam kau tinggal hitam, kelam, tanpa cahaya, tanpa sinar

Sabtu, 02 Februari 2008

CEMBURU

Bolehkah kukatakan bahwa aku jatuh cinta?
Karena hatiku rasanya penuh beda sejak kenal dia
Cemburu yang dulu pernah kurasakan pada makhluk Adam selain dia
kinipun kembali terasa, tapi lebih dalam
Aku menangis dua malam lalu karenanya
Dia cemburu pada seorang kawan yang baru kukenal
Salahku...

Lalu, hati kecilku berbisik menggangguku
Dia akan meninggalkanku
Aku menangis sejadi-jadinya... seolah tak lagi ada ruang untuk sebuah senyuman dihatiku
Dia marah, murka, hatiku rasanya bak dicabik-cabik serigala
Sakit rasanya...
Aku tak siap kehilanganmu

Aku terbaring lemas di pembaringan
Seolah mengaduh kesakitan, hatiku berteriak-teriak
"Jangan biarkan separuh hati yang kini mendampingiku pergi dariku"
Begitu teriaknya... akupun tak ingin
Akupun tak rela kalau dia datang dan mengambil kembali titipan hatinya
karena titipan hati itu kini ada bersama jiwaku yang lama kesepian

Aku menunggunya, didepan pintu kamar peraduan cinta
Dia datang tanpa senyuman, dengan wajah ditekuk penuh kemarahan
Aku hanya tertunduk lemas, dia masih marah, dan akan terus marah
Tes... tes... tes...
Air mataku jatuh, lalu... tangan kekarnya merengkuhku
Aku terbenam jatuh dalam pelukannya, sama seperti malam-malam lalu ketika aku menangis karenanya
"Afwan..." Kataku. Memohon maafnya karena ulahku.
Dia tersenyum, senyum pertamanya setelah kemarahan bertubi-tubi sejak sore tadi
Dia menyeka airmataku, dia mengecup keningku, dia membenamkanku dalam dekapnya
"Jangan diulang lagi ya"
Aku mengangguk perlahan... sebuah asa penuh cinta hadir lagi dalam hatiku
Aku belum kehilangan dia, aku masih memilikinya, dan akan aku jaga selamanya.